Senin, 22 Desember 2008

proposal MR UTS

PROPOSAL PENELITIAN
RESTORAN STEAK & RIBS KENYOT CORP.

Oleh : Alina Puspitasari/10206068
alinapuspitasari180188.blogspot.com

Tema Penelitian
Kepuasan konsumen

Judul Penelitian
“Pengaruh Produk, pelayanan dan promosi terhadap kepuasan dan peningkatan jumlah pelanggan pada Restoran Steak& Ribs Kenyot Corp

1. Latar Belakang
Restoran Steak&Ribs Kenyot Corp adalah usaha yang bergerak produk dan jasa. Pada tahun 2008 restoran ini bermaksud untuk meningkatkan jumlah pelanggannya , maka manajemen restoran ini menyadari bahwa bagian yang penting dari insntrument pemasaran produk perbankan adalah pesan (message) yang dikomunikasikan kepada pelanggan melalui berbagai unsure yang terdapat dalam program promosi . Program promosi merupakan saluran primer bagi komunikasi pesan kepada konsumen baik konsumen yang ada maupun nasabah potensial ( Stanton, 1996).
Bila berbicara mengenai promosi , yang paling penting diperhatikan oleh manajemen restoran adalah membuat strategi-strategi yang tepat. Strategi yang perlu diperhatikan adalah dibagian produk dan pelayanan . Produk yang dimaksud adalah pengembangan produk dengan menyentuh berbagai selera pelangan , sedangkan salah satu pelayanan yang diberikan adalah menyediakan makanan dengan cepat dan pelayan sopan terhadap pelanggan . Produk mencerminkan persepsi nasabah terhadap variasi dan kualitas yang diberikan, pelayanan merupakan jasa yang diberikan oleh restoran dengan persepsi kualitas pelayanan para karyawannya, sedangkan promosi mencerminkan persepsi pelanggan terhadap kegiatan sales promotion dan personal selling yang dilakukan.
Oleh karena itu bagus tidaknya produk dan pelayanan yang diberikan akan membawa dampak terhadap puas tidaknya pelangan dan peningkatan jumlah pelanggan. Dampak kepuasan buruk akan membuat pelanggan berpikir untuk dating ke restoran ini kembali. Sebaliknya, kepuasan yang didapat pelanggan akan membawa dampak positif bagi restoran ini yaitu loyalitas pelanggan dan mengakibatkan peningkatan jumlah pelanggan. Bila produk dan pelayanan yang diberikan dinilai sudah cukup bagus maka tinggal promosi iklan yang dibuat agar melengkapi startegi yang dibuat.

2. Permasalahan
1. Hubunganan produk, pelayanan dan promosi terhadap kepuasan pelanggan pada restoran Steak&Ribs Kenyot Corp
2. Hubunganan produk, pelayanan dan promosi terhadap peningkatan pelanggan pada restoran Steak&Ribs Kenyot Corp


3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh produk, pelayanan dan promosi terhadap kepuasan dan peningkatan jumlah pelanggan pada restoran Steak&Ribs Kenyot Corp

4. Tinjauan Pustaka
Salah satu unsur pemasaran yang berpengaruh terhadap perilaku pelanggan restoran adalah paduan pengelolaan produk dan promotion mix (Oktobrino, 2003). Pengelolaan produk lebih menekankan bahwa pelanggan memerlukan jenis-jenis dan fasilitas layanan tertentu, seperti variable kualitas makanan, jenis menu dan sajian makanan, hadiah dan pelayanan. Sedangkan promotion mix adalah variable promosi yang menggunakan kombinasi iklan, sales promotion dan personal selling.
Menurut Juanda (2005) factor yang menjadi pertimbangan utama pelanggan dalam memilih restoran dan café adalah produk, pelayanan, promosi. Produk mencerminkan persepsi nasabah terhadap variasi dan kualitas produk serta jasa yang diberikan oleh restoran serta persepsi kualitas pelayanan para karyawannya sedangkan promosi mencerminkan persepsi pelanggan terhadap kegiatan sales promotion dan personal selling yang dilakukan.





5. Metode Penelitian
a. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah produk, pelayanan dan promosi yang dilakukan restoran Steak&Ribs Kenyot Corp terhadap para konsumen.

b. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah Pelanggan dan pelayan restoran stek&Ribs Kenyot.

c. Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang langsung didapat dari konsumen melalui kuesioner yang diberikan dan data skunder melihat data histories penjualan dan data histories pelanggan manajemen Restoran Steak and Ribs Kenyot Corp.

d. Data / Variabel
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, variebel yang akan diuji meliputi variable Dependen (Y) yaitu Kepuasan Konsumen dan vareabel Independen (X) yaitu produk (X1), pelayanan (X2) dan promosi (X3)

e. Metode Analisis Data
Riset lapangan
1.Observasi
2.interview
Historis penjualan dan pelanggan manajemen Restoran Steak and Ribs Kenyot Corp

f. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan dan konsumen potensial restoran Steak&Ribs.

Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 orang

g. Variabel
1. Macam – macam produk
2. Pelayanan
3. Promosi

h. Indikator
1. Kepuasan pelanggan
2.Pelanggan tetap dan pelanggan baru




i. Alat Analisis yang digunakan
1. Skala Likert
Metode alat analisis yang digunakan adalah metode diskriptif, variabel pengukurannya menggunakan skala Likert dengan memberikan skor 1-5 untuk mengetahui derajat responden terhadap serangkaian pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dimana skala tersebut mempunyai susunan sebagai berikut:
Bobot
Kategori
1
Sangat Tidak Puas (STP)
2
Tidak Puas (TP)
3
Biasa Saja (BS)
4
Puas (P)
5
Sangat Puas (SP)

Berikut ini penjelasan atas katagori-katagori penilaian yang digunakan yakni:
Sangat Tidak Puas untuk menyatakan sebuah perasaan kecewa yang sangat atas sebuah ketidak puasan yang didapat.
Tidak Puas untuk menyatakan sebuah perasaan kecewa atas ketidakpuasan dalam penilaian
Biasa Saja menyatakan penilaian yang standar dalam penilaian atau bisa dikatakan tidak bagus dan juga tidak jelek atas sebuah jasa.
Puas untuk menyatakan suatu kepuasan yang dirasakan atau didapat
Sangat Puas untuk menyatakan kepuasan yang sangat akan suatu jasa.

2. Analisis Regresi Liner Berganda
Metode yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dimana variable Independen pada penelitian ini adalah factor – factor bauran pemasaran (X) dan variable Dependen pada penelitian ini adalah Kepuasan (Y)

Rumusan persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + bX1 + bX2 + bX3
Dimana :
Y = Kepuasan Konsumen
X1 = Produk
X2 = Pelayanan
X3 = Promosi

6. Rancangan Analisis
Penelitian ini merupakan metode penelitian survey yaitu suatu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dengan mengandalkan kuesioner sebagai instrument pengumpul data primer dan meninjau atau melihat histories yang ada dalam manajemen restoran tersebut sebagai pengumpul data skunder.

7. Kesimpulan
Produk , pelayanan dan Promosi berpengaruh terhadap kepuasan dan peningkatan jumlah pelanggan restoran. Strategi-strategi produk , pelayanan dan promosi harus lebih inovatif lagi dan dibuat evaluasi/ penilaian kesuksesan promosi setiap bulan dengan tujuan melihat apakah ada hubungan produk , pelayanan dan promosi dengan peningkatan pelanggan Restoran Steak and Ribs Kenyot Corp
.
8. Usulan Strategi
Manajemen restoran dapat melakukan promosi yang bervariasi menurut permintaan konsumen dan melihat adanya even-even tertentu, seperti :

1.Kepada pelanggan tetap diberikan kartu member yang disana adanya diskon yang dapat digunkan apabila membeli produk dengan nominal harga tetentu, serta memberitahu kepada para member apabila ada promosi atau produk baru yang dibuat.
2.koki di restoran itu di wajibkan membuat menu baru per 2 bulan.
3.Pihak manajemen membuat menu hemat dengan harga yang murah
4.Memberikan harga khusus dengan membeli 2 makana akan mendapatkan gratis minuman.
5.Membuat harga khusus untuk acara – acara besar ( ulang tahun, arisan )
6.Membuat acara khusus disaat hari-hari besar nasional agar pelanggan banyak yang tertarik ikut memeriahkan
7.menyediakan tempat bermain untuk anak – anak, agar anak – anak merasa nyaman atas suasana restoran tersebut.
8.Membuat hiasan – hiasan yang mencolok agar banyak konsumen yang tertarik menikmati hidangan restoran tersebut
9.Melakukan pertukaran karyawan dengan restoran lain yang sejenis
10.Membuat Spanduk di depan restoran yang menampilkan produk yang diunggulkan dan produk baru yang telah dibuat serta dicantumkan harga.
11.Membuat pelayan antar, jadi pelanggan yang malas kerestoran dapat membeli makanan dengan cara telepon ke restoran tersebut
12.Promosi lewat internet

Kamis, 11 Desember 2008

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmatNYA dan petunjukNYA sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Pasar Modal ini Penyusunan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.Guru sosiologi yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyusun penulisan makalah ini.
2.Kepada keluarga kami yang terus memberikan motivasi untuk selesainya penulisan makalah ini.
3.Kepada rekan – rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang banyak meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan semangat, hingga makalah ini selesai.

Walaupun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam penyusunan penulisan makalah ini, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun dari siapa saja yang membaca penulisan makalh ini. Semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.


Bogor, Desember 2008




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah sosial tentu ada kaitannya dengan teori sosial. Teori sosial lebih menekankan pada segi perspektif yang terkadang kurang mampu menjelaskan secara utuh tentang masyarakat..pun jua untuk membedah akar masalah sosial.Ya...karena 'ilmuwan sosial' melihat masyarakat dengan 'teropong' yang berbeda. Karenanya diperlukan suatu bentuk kompleksitas sehingga teori sosial dapat berlaku dan berperan menentukan tatanan masyarakat yang ideal.
Dalam sosiologi khususnya melihat masalah sosial dapat dilihat dari kacamata/perspektif dari 3 tokoh ternama 'founding father'nya sosiologi yang di istilahkan dengan Durkhemian,Weberian, dan Marxian yang memiliki ketidaksamaan cara pandang mengenai masyarakat.
Masalah sosial sebagai suatu fenomena sosial tidak hanya dialami oleh negara negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi di negara yang sudah mempunyai kemapanan di segala bidang ekonomi, budaya,biologis, psikologis. Fenomena ini pada dasarnya telah menjadi perhatian, isu, dan gerakan global yang bersifat kemanusiaan (humanity).
Beberapa koreksi dari para ahli menunjuk, bahwa salah satu permasalahan yang mendasar dari masalah sosial adalah orientasi pembangunan mental manusia . Kondisi ini tercermin dari masalah – masalah yang timbul dari masalah yang terjadi di masyarakat yang penyebabnya sebagian besar dari kelakuan manusia.
Factor-faktor masalah ekonomi yang terjadi dapat dikatagorikan menjadi beberapa factor antara lain :
1.factor ekonomi: kemiskinan , penganguran ,dll
2.factor budaya : perceraian, kenakalan remaja , dll
3.factor biologis :keracunan makanan, penyakit menular, dll
4.factor psikologis :aliran sesat ,dll

















B.Tujuan
1.Untuk memperoleh pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang kemasyarakatan
2.Mendapatkan gambaran / fakta yang rill di masyarakat
3.Mengetahui factor – factor apa saja yang dapat membuat masalah social
4.Mengetahui contoh – contoh masalah soaial dalam masyarakat di Indonesia
5.Mengetahui penyebab maalah social
6.Mengetahui bagaimana cara menyelesaian masalah social

C. Ruang Lingkup
Dalam masalah kemiskinan yang mencakup banyak factor mempunyai masalh yang menyangkut pemerintahan, lembaga- lembaga social, masyarakat, dermawan,dll.. Dalam masalah disorganisasi keluarga mencakup anggota dari keluarga, yaitu ayah, ibu, dan anak, dimana saling keterkaitan satu dengan yang lain. Dalam masalah ketiga generasi muda mencakup anak remaja, orang tua, pemerintah dan lembaga-lembaga social. Dalam masalah pelanggaran tehadap norma-norma yang menyangkut masyarakat umum, individu, aparat sebagai penindak dan pemerintahan sebagai penbuat kebijakan atau peraturan, adat/kebudayaan dan lembaga agama, peraturan,dll. Masalah lingkungan mencangkup masyarakat dan alam/lingkungan. Masalah birokrasi mencakup aparat pemerintah dan masyarakat umum.

BAB II
PEMBAHASAN

Definisi/Pengertian Masalah Sosial
Manusia adalah makhluk monodualis yaitu makhluk yang terdiri dari beberapa kodrat tetapi tetap merupakan satu kesatuan, terdiri dari susunan kodrat yaitu jiwa dan raga, sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodratnya sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri.. Dalam kaitannya dengan materi yang kita pelajari, maka sifat kodrat manusialah yang akan dibahas lebih lanjut yaitu, manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia itu hidup di tengah-tengah manusia lain atau hidup dalam suatu komunitas yang disebut masyarakat.
Dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, di situ ada prinsip saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Setiap individu berkepentingan dengan individu-individu lain dalam kelompoknya sendiri maupun di luar kelompoknya. Dalam kehidupan sehari-hari rasa berkepentingan itu tersalurkan melalui proses sosialisasi dan interaksi sosial. Proses sosialisasi merupakan suatu proses pembelajaran sejak anak itu masih kecil dengan tujuan untuk membentuk kepribadiannya. Interaksi sosial terjadi ketika anak itu mulai bergaul dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarganya sendiri maupun dengan orang lain atau masyarakat di luar lingkungan dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, manusia harus mengemban nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sebagai penuntun atau pedoman dalam kehidupannya. Oleh karena itu berbicara mengenai nilai berarti kita berbicara tentang hal-hal yang ideal atau das sollen yaitu sesuatu yang seharusnya, bukan das sein atau sesuatu yang senyatanya terjadi. Namun dalam kenyataannya ada orang atau sekelompok orang yang dengan sengaja dan sadar melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang akan menimbulkan kesenjangan dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah-masalah dalam masyarakat. Apabila masalah-masalah itu menjadi berlarut-larut, maka gejala atau kenyataan itu akan menjadi masalah Jadi yang dimaksud dengan masalah sosial adalah kesenjangan antara das sollen yaitu sesuatu yang seharusnya ada dengan das sein yaitu sesuatu yang senyatanya terjadi .
2. Teori-teori Sosial
Saudara mahasiswa, agar kita bisa menganalisis dengan baik masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar kita, maka sebaiknya Anda juga mempelajari tentang teori-teori sosial berikut ini. Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial antara lain teori Fungsional Struktural, teori Konflik dan teori Sistem.
a. Teori Fungsional Struktural
Menurut teori Fungsional Struktural, masyarakat sebagai suatu sistem memiliki struktur yang terdiri dari banyak lembaga, di mana masing-masing lembaga mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Lembaga-lembaga itu antara lain lembaga sekolah, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga sosial, lembaga kebudayaan, lembaga hukum, lembaga keluarga dan sebagainya yang semuanya saling berkaitan satu dengan yang lain. Apabila ada ketidakseimbangan diantara lembaga-lembaga tersebut, maka fungsi lembaga itu akan terganggu.
b. Teori Konflik
Teori konflik memandang masyarakat sebagai suatu arena dimana antara kelompok yang satu dengan yang lain saling berebut, misalnya berebut kekuasaan. Apabila golongan fungsional melihat undang-undang sebagai jalan untuk meningkatkan integrasi sosial, maka teori konflik akan memandang undang-undang itu sebagai suatu bentuk aturan yang akan menguntungkan salah satu kelompok saja. Jadi teori konflik tidak memusatkan perhatiannya pada keseimbangan, adanya saling ketergantungan, dan adanya kerjasama antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Biasanya konflik sosial itu muncul dalam masyarakat karena memperebutkan kekuasaan, prestise, dan kekayaan.
c. Teori Sistem
Teori sistem banyak digunakan oleh para sosiolog, diantaranya oleh Auguste Comte. Comte mengatakan bahwa masyarakat itu seperti organisme hidup. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat berlaku seperti konsep sistem, sehingga masyarakat itu terus berlangsung dan dapat bertahan sebagaimana kelangsungan hidup organisme. Setiap bagian unsur saling mempengaruhi, saling memerlukan, saling mengisi, saling melengkapi dalam satu kesatuannya. Jadi ada saling ketergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial acapkali dibedakan dengan dua macam persoalan, yaitu antara masalah sosial masyarakat dengan problema sosial yang menyangkut analisa tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat. Para sosiolog telah banyak mengusahakan adanya indeks-indeks yang dapat dijadikan petunjuk bagi terjadinya masalah sosial misalnya simple rates, compsite indexes, komposisi penduduk,social distance, partisipasi sosial dan sebagainya. Faktor-faktor masalah sosial adalah ekonomi, biologis, boipsikologis dan kebudayaan. Beberapa contoh masalah sosial diantaranya:
1. Kemiskinan
“Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset, multidimensional, dan terpadu.  Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan.  Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain: informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kapital.  Lebih dari itu, hidup dalam kemiskinan sering kali juga berarti hidup dalam alienasi, akses yang rendah terhadap kekuasaan, dan oleh karena itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan pengap”.   
Penyebab kemiskinan 
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama inicenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama
(SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Startegi penanggulangan kemiskinan
Sesuai dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan pekerjaan social terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah, maka intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran perubahan (orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Prinsip in dikenal dengan pendekatan “person in environment dan person in situation”.
Seperti yang telah dijelaskan Depsos sebagai suatu instansi memiliki pula beberapa agenda yang memang merupakan disiapkan untuk menekan angka kemiskinan, diantara program kerja Depsos yang telah terealisasi yang menurut Edi Suharto, Phd adalah strategi pendekatan pertama yaitu pekerja sosial melihat penyebab kemiskinan dan sumber-sumber penyelesaian kemiskinan dalam kaitannya dengan lingkungan dimana si miskin tinggal, baik dalam konteks keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat. Penanganan kemiskinan yang bersifat kelembagaan (institutional) biasanya didasari oleh pertimbangan ini. Beberapa bentuk PROKESOS yang telah dan sedang dikembangkan oleh Depsos dapat disederhanakan menjadi :
1.pemberian pelayanan dan rehabilitasi social yang diselenggarakan oleh panti-panti sosial
2.program jaminan, perlindungan dan asuransi kesejahteraan sosial
3.bekerjasama dengan instansi lain dalam melakukan swadaya dan pemberdayaan usaha miro, dan pendistribusian bantuan kemanusiaan, dan lain-lain
Pendekatan kedua, yang melihat si miskin dalam konteks situasinya, strategi pekerjaan sosial berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan self-determinism yang melihat si miskin secara individual yang memiliki masalah dan kemampuan unik. Program anti kemiskinan dalam kacamata ini disesuaikan dengan kejadian-kejadian dan/atau masalah-masalah yang dihadapinya. PROKESOS penanganan kemiskinan dapat dikategorikan ke dalam beberapa strategi, diantaranya :
1.Strategi kedaruratan. Misalnya, bantuan uang, barang dan tenaga bagi korban bencana alam.
2.Strategi kesementaraan atau residual. Misalnya, bantuan stimulant untuk usaha-usaha ekonomis produktif.
3.Strategi pemberdayaan. Misalnya, program pelatihan dan pembinaan keluarga muda mandiri, pembinaan partisipasi sosial masyarakat, pembinaan anak dan remaja.
4.Strategi “penanganan bagian yang hilang”. Strategi yang oleh Caroline Moser disebut sebagai “the missing piece strategy” ini meliputi program-program yang dianggap dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui penanganan salah satu aspek kunci kemiskinan yang kalau “disentuh” akan membawa dampak pada aspek-aspek lainnya. Misalnya, pemberian kredit, program KUBE (kelompok usaha bersama)
2. Disorganisasi keluarga
Disorganisasi keluarga yaitu suatu perpecahan dal;am keluarga sebagai unit, oleh karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan social. Contoh :
Perceraian Berpotensi Jadi Masalah Sosial:
Perselisihan rumah tangga dan perceraian dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan sosial. Data yang diperoleh hingga tahun 2005, dari rata-rata 2 juta peristiwa perkawinan, 45 persen berselisih dan 12-15 persen mengalami perceraian. 80 persen perceraian terjadi pada usia perkawinan di bawah 5 tahun. Penyebabnya, karena terjadi disorientasi tujuan perkawinan, biasnya motivasi berumahtangga ke arah pemenuhan tujuan seksual akibat meningkatnya intensitas dan frekuensi ragam informasi yang mengandung unsur-unsur pornografi. seseorang akan menunjukkan perilaku impulsif obsesif demi memuaskan hasrat seksnya serta cenderung mengabaikan persoalan lainnya."Jika berumahtangga hanya didasari memenuhi kebutuhan biologis semata, maka akan memicu permasalahan di kemudian hari yang tidak dapat diatasi oleh pasangan suami-isteri . Membangun rumah tangga dan keluarga yang kokoh disebut sakinah, mawaddah, warrahmah, kita harus memperhatikan norma-norma yang bersumber dari ajaran agama maupun budaya. Melaksanakan fungsi pendidikan keluarga oleh orang tua
Keluarga memiliki fungsi penting dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak, bahkan sekolah terbaik sekalipun belum tentu dapat menggantikan fungsi tersebut sepenuhnya
Melaksanakan fungsi pendidikan keluarga oleh orang tua bukan semata kewajiban, tetapi lebih merupakan pencapaian kesadaran tertinggi para orang tua untuk menyiapkan dan menghasilkan produk generasi yang andal, berprestasi, bermoral dan bertanggungjawab.
Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Remaja Awal
Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir (Hurlock, 1980). Tugas–tugas perkembangan remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak–kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa remaja. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas- tugas masa remaja awal, apalagi mereka yang terlambat untuk matang (Hurlock, 1980).
Perceraian dan perpisahan orangtua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Banyak studi dilakukan untuk memahami akibat-akibat perceraian bagi anggota keluarga khususnya seorang anak (Johnston, 1996; Hurlock,1992). Dalam kasus perceraian, tidak hanya orang tua yang menanggung kepedihan, tapi yang lebih merasakan beratnya perceraian adalah anak. Severe (2000) mengemukakan bahwa anak bukannya tidak tahu tapi ia tidak mampu menjelaskan, mengapa ia tidak ingin ada orang tahu bahwa ia sedang pedih hatinya, dia juga tidak ingin mengatakan apapun yang dapat memperburuk keadaan di rumah. Sebenarnya anak dapat melihat ketegangan yang dialami orang tuanya. Tetapi dia khawatir jika dia mengungkapkan emosinya, akan menambah kepedihan setiap orang. Inilah alasan mengapa sebagian besar anak tidak pernah bicara dengan orang tuanya tentang perasaannya mengenai perceraian. Perasaan tersembunyi ini akan meningkatkan kecemasan dan memperlemah kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah. Selain itu, perasaan yang tertekan bisa menjadi bibit bagi permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya nanti. Secara psikologis, anak terikat pada kedua orang tuanya, jika orang tuanya bercerai, seperti separuh kepribadiannya dirobek, hal ini akan berpengaruh terhadap rasa harga diri yang buruk, timbul rasa tidak aman dan kemurungan yang luar biasa dan dalam kondisi demikian maka sekolah bagi anak bukan merupakan sesuatu yang penting.
Menurut Handoko (2002) perceraian bagi anak adalah "tanda kematian" keutuhan keluarganya, rasanya separuh "diri" anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi. Perasaan Berdasarkan hasil survey nasional AS sebanyak 11 macam dari tahun 1973 hingga 1985 diperoleh bermacam-macam argumen tentang dampak perceraian yaitu dalam hal ini bentuk peran pasangan seperti pernikahan yang buruk akan menghasilkan tipe anak yang buruk juga. Kurang mempunyai kontrol sosial seperti kurangnya dukungan keluarga terhadap pernikahan hilangnya bentuk peran pasangan, pendidikan yang rendah, keinginan besar untuk bercerai, mereka lebih suka memilih bercerai untuk mengakhiri konflik, menikah pada usia muda biasanya menikah pada usia muda cenderung akan lebih cepat bercerai (Glenn and Kramer, 1987)
berkonsentrasi di sekolah. Perasaan-perasaan tersebut akan meningkat bila kedua orang tuanya saling menyerang atau menghina. Bila salah satu orang tua mengatakan hal-hal yang jelek mengenai pasangannya di depan anak mereka, anak akan cemas bahwa ciri-ciri yang tidak menyenangkan itu akan melekat pada diri mereka. Mereka akan berpikir, "Kalau ayah orang jahat, jangan-jangan nanti aku juga jadi orang jahat. Kata orang aku sangat mirip ayah. "Perasaan penolakan dan kehilangan akan sangat membekas, dia berkeyakinan, dirinya seorang anak yang tidak punya nilai .

3. Masalah generasi muda
63 tahun sudah negara Republik Indonesia ini merdeka. Namun, masalah pelik yang dihadapi negeri ini seolah-olah makin banyak saja. Apalagi adanya kejatuhan ekonomi global semakin membuat pemerintah memeras otak. Belum lagi adanya masalah-masalah sosial yang timbul di masyarakat seperti: kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dsb. membuat semakin kompleks saja tantangan yang dihadapi Indonesia dewasa ini.Hal tersebut diperparah lagi dengan beberapa hal buruk yang sering dilakukan masyarakat terutama yang dilakukan generasi penerus bangsa kita, antara lain:
Tawuran
Tawuran seakan-akan sudah membudaya bagi generasi muda kita saat ini. Baru-baru ini kita sering melihat berita di TV tentang tawuran antar-mahasiswa di Jakarta. Itu merupakan bukti bahwa "budaya" tawuran ini masih ada dan tumbuh subur di bumi Indonesia ini. Pada umumnya, tawuran itu disebabkan antara lain: ingin menunjukkan kehebatan diri, dendam karena sesuatu yang terkadang tidak jelas, gengsi, pengaruh pihak-pihak eksternal, dsb.
Bunuh Diri
Penyakit mematikan yang satu ini mungkin lagi "in" di masyarakat kita. Betapa tidak, kasus bunuh diri ini banyak sekali meramaikan berita-berita di TV. Dari mulai bunuh diri jamaah sekeluarga, bunuh diri gara-gara putus cinta, bahkan ada pula yang bunuh diri gara-gara gak dibeliin motor baru.
tapi efek bagi moral bangsa ini yang juga tidak main-main. Satu hal yang sebenarnya perlu dicamkan adalah "Berani hidup jauh lebih mulia daripada berani mati karena putus asa."

Free Sex
Dalam survei yang digelar di 12 kota besar pada tahun silam, Komisi Nasional Perlindungan Anak alias Komnas Anak mendapatkan hasil yang mencengangkan. Dari lebih 4.500 remaja yang disurvei, 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat. Yang lebih menyeramkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.

Narkoba
Mungkin kasus penyalahgunaan Narkoba ini sudah bukan berita baru lagi. Namun, penggunaan barang haram ini masih saja sering kita temui di lingkungan sekitar kita. Sebenarnya pemerintah juga sudah cukup gencar dalam pemberantasan penyalahgunaan Narkoba ini. Namun, berhubung masalah yang dihadapi pemerintah sangat banyak dan pelik, terkadang persoalan Narkoba ini luput dari pehatian pemerintah.

Mabuk
Baru kemarin waktu Idul Fitri, kita mendengar atau melihat ada berita yang mengatakan bahwa 10 pemuda tewas dalam pesta minuman keras di suatu kota.

Judi
Judi yang dimaksudkan di sini bukan hanya judi kartu namun segala hal lain yang berhubungan dengan mengundi nasib dengan menggunakan uang, seperti togel, adu ayam, taruhan, dsb. Namun saya hanya memfokuskan pada judi yang dilakukan oleh generasi muda kita yang umumnya masih bersekolah dan kuliah dan belum mempunyai penghasilan sendiri. Yang saya sesalkan adalah ada dari mereka yang melakukan judi ini karena terinspirasi orang tuanya yang senang berjudi.


4. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
4.1 Pluralisme dalam implementasi HAM
Kesadaran akan pentingnya pluralisme di kalangan pemerintah dan masyarakat saat ini nampaknya masih menunjukkan tingkat yang sangat rendah. Bahkan, melihat sejumlah kasus yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, pluralisme secara te! rus-menerus dilanggar dan dicederai. Bila keadaan ini terus be! rlajut, maka bisa dipastikan tidak akan ada lagi ruang yang memungkinkan bagi hidupnya perbedaan, keberagaman, dan kebebasan di Indonesia. Penilaian tersebut bukanlah sebagai upaya dramatisasi. Sebab, fakta menunjukkan upaya-upaya pengingkaran pluralisme bekerja dengan sistematis di semua ruang kehidupan. Di ranah Negara, muncul berbagai kebijakan yang menentang pluralisme mulai dari pusat sampai daerah. Di ranah masyarakat, muncul kelompok yang kerap melakukan pemaksaan kehendak melalui represi dan operasi atas nama kebenaran dan keyakinan yang dianutnya. Situasi ini telah menciptakan ketakutan bagi setiap orang untuk merayakan keberagaman dan mengeskpresikan perbedaannya.
Tiga faktor utama yang mendorong buramnya pluralisme di Indonesia. Pertama, belum adanya penerimaan secara total terhadap norma-norma HAM, baik itu di kalangan aktor-aktor Negara maupun masyarakat. Adanya penerimaan HAM yang cenderung setengah hati itu menyebabkan munculnya sikap dan tindakan anti-HAM di kalangan aktor-aktor Negara dan masyarakat. Terlebih lagi ide totaliteristik sebagai warisan rezim otoritarian Orde Baru hingga masih juga berakar kuat kendati rezim tersebut telah runtuh. Ia kini menyelinap dalam berbagai ruang kehidupan.  
Kedua, banyaknya pengaruh berbagai penafsiran atas teks-teks keagamaan yang disertai dengan adanya klaim-klaim kebenaran atas pemikiran atau keyakinan yang dianut oleh kelompoknya. Bi! sa dikatakan, adanya klaim-klaim kebenaran itu sebagai gejala ! awal mer ebaknya berbagai sikap intoleran di tengah masyarakat. Sebab, klaim-klaim tersebut tidak jarang dipaksakan oleh kelompok tertentu sebagai kebenaran bagi kelompok lainnya, sehingga akhirnya melahirkan ketegangan hubungan antar berbagai kelompok.
Ketiga, adanya kekeliruan dalam memahami dan memaknai pluralisme sehingga menyebabkan tumbuhnya persepsi negatif terhadap pluralisme. Salah satunya tercermin dalam Fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/II/2005 Tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama. Fatwa ini tentu saja memiliki dampak. Diakui atau tidak, dalam perkembangannya fatwa tersebut semakin meningkatkan sikap intoleran di masyarakat dan mendorong berbagai kelompok melakukan penceradaan terhadap pluralisme.
Yang harus dilakukan negara
Kendati demikian, ada beberapa prinsip yang harus ditaati oleh Negara dalam implem! entasi kewajiban-kewajiban HAM-nya. Prinsip-prinsip tersebut mengatur batasan-batasan Negara sampai sejauhmana ia menjalankan tiga kewajibannya tersebut. Ketaatan Negara terhadap prinsip-prinsip tersebut menjadi penting untuk memastikan terjamin dan terpenuhinya semua hak-hak dasar individu tanpa terkecuali.
Pembagian rumpun hak-hak dasar itu harus dijadikan pegangan dan harus ditaati oleh Negara dalam implementasi kewajiban HAM-nya. Tanpa adanya ketaatan terhadap pemilahan itu, maka itu justru akan memunculkan potensi tercerabut dan terlanggarnya hak-hak sipil dan politik karena adanya campur tangan Negara, sebagaimana yang selama ini terjadi.
Sehingga menjadi jelas, bahwa pluralisme akan semakin maju bilamana Negara mengurangi atau meminimalkan campur tangannya untuk tidak mengurusi atau membuat berbagai aturan yang pada akhirnya berpotensi melanggar hak-hak dasar individu di atas. Dalam kaitan itu, yang harus dilakukan Negara bagaimana menjamin dan memberi perlindungan bagi setiap orang dalam upaya menikmati hak-hak dasarnya tersebut.

4.2 KAWIN KONTRAK
Budaya Kawin Kontrak di Desa Kalisat Jatim
PERKAWINAN merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus memperhatikan norma dan kaidah hidup dalam masyarakat. Namun kenyataannya, tidak semua orang berprinsip demikian, dengan berbagai alasan pembenaran yang cukup masuk akal dan bisa diterima masyarakat.
Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dikenal sebagai desa kawin siri dan kawin kontrak, sehingga di sana banyak ditemukan perkawinan yang hanya bertahan sementara sesuai dengan kesepakatan pasangan. Seorang pria bisa melakukan kawin kontrak di desa itu dengan menyerahkan mas kawin yang telah disepakati calon pasangan wanita. Tapi pada umumnya emas kawinnya berupa uang, perbaikan rumah, dan emas. Tidak mengherankan rata-rata wanita di desa itu kawin lebih dari satu kali.
Secara hukum Islam, perkawinan kontrak adalah suatu ''kontrak'' atau ''akad'' antara seorang laki-laki dan wanita tidak bersuami, serta ditentukan akhir periode perkawinan dan mas kawin yang harus diserahkan kepada keluarga wanita.
Syarat kawin kontrak antara lain melakukan ijab kabul, ada mas kawin, dan masa waktu perkawinan yang telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua pihak. Seorang laki-laki diperbolehkan melakukan perkawinan secara serentak sebanyak yang ia inginkan dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan wanita hanya diperbolehkan melakukan kontrak dengan seorang laki-laki dalam satu periode.
Penyebab
Sri Endah Kinasih yang juga antropolog dari Unair itu mengatakan, faktor ekonomi sebagai penyebab utama perkawinan kontrak. Gadis yang relatif masih muda terpaksa dinikahkan dengan harapan bisa mengurangi beban keluarga. Meskipun demikian, pelaksanaan ajaran agama di kalangan masyarakat Kalisat cukup kuat, khususnya menyangkut norma-norma atau kaidah perkawinan berdasarkan hukum Islam.
Pendidikan umum kurang begitu diutamakan. Yang terpenting pendidikan agama dan mengikuti apa yang dilakukan oleh kiai, karena kiai sebagai anutan di masyarakat Kalisat. Setelah itu wanita harus siap berumahtangga. Faktor sosial budaya, berkaitan dengan kebiasaan kawin muda (rata-rata di bawah umur 16 tahun), sehingga mereka melakukan perkawinan pada saat mencapai usia yang dianggap pantas untuk menikah dan malu disebut perawan tua.

4.3 pelacuran
Pelacuran berasal dari bahasa latin pro-situere atau pro sature yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan persundalan, percabulan, pergendakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna susila. Tuna susila atau tidak susila diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi seksual dalam bentuk penyerahan diri pada banyak lelaki untuk pemuasan seksual dan mendapat imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. Tuna susila itu juga bisa diartikan sebagai salah tingkah, tidak asusila atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila.
Pelacuran merupakan profesi paling tua sepanjang sejarah kehidupan manusia. Bentuk-bentuk pelacuran yang sedang marak saat ini adalah pelacuran sanak atau prostitusi anak yang biasa disebut anal baru gede (ABG) dan anak-anak di bawah umur. Ada banyak istilah untuk menyebut para pelaku prostitusi anak tersebut seperti misalnya istilah ciblek (cilik betah melek) atau di Bandung dekenal dengan istilah “bagong lieur” (babi hutan mabuk). Mereka pad umumnya lebih dicari oleh pria-pria hidung belang karena dianggap masih perawan dan masih bersih dibanding pelacur dewasa.
Alasan pelacuran
Ada banyak alasan yang menyebabkan mereka terjun ke lingkaran bisnis seks. Tidak hanya akibat dijebak oleh para germo, diantara para pelacur anak tersebut justru mengatakan bahwa mereka melakukan dengan sukarela. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Irwanto dkk (1998) di desa Bongas. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Koentjoro (1989), Hull dkk (1997) dan Wibowo dkk (1989). Dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa munculnya anak-anak yang dilacurkan lebih banyak disebabkan oleh motif ekonomi dan budaya. Hull dkk (1997) menambahkan faktor ekonomi yang rendah, ketidaktaatan terhadap agama Islam. Malah di Indramayu orang tua ikut dalam proses ritual, pendidikan dan persiapan anaknya sebelum menjadi pelacur. Orang tualah yang memberikan persiapan ritual-mistis, menghubungkan dengan seorang germo, dan memastikan bahwa penghasilan anaknya tidak untuk dihambur-hamburkan. Mereka pula selalu mendoakan dan meramu sajian agar anak-anaknya memperoleh tamu yang banyak.
Penyebab timbulnya pelacuran:
Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelum pernikahan atau di luar pernikahan.
Komersialisasi dari seks, baik dari pihak wanita maupun germo-germo dan oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan pelayanan seks. Jadi seks dijadikan alat yang jamak-guna (multi purpose) untuk tujuan komersialisasi di luar perkawinan.
Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat orang-orang mengenyam kesejahteraan hidup; dan ada pemutar balikan nilai-nilai pernikahan sejati.
Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini khususnya mengeksploitir kaum lemah/wanita dan anak-anak untuk tujuan-tujuan komersil.
Motif-motif yang melatarbelakangi pelacuran:
Rasa ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah seks, yang kemudian kecebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan bandit-bandit seks.
Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan; ada pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya; khususnya dalam mendapat status sosial yang lebih baik.
Kompensasi terhadap perasaan inferior. Jadi ada adjustment yang negatif; terutama sekali terjadi pada masa puber dan adolesens. Ada keinginan melebihi kakak, ibu sendiri, teman puteri, tante-tante atau wanita mondain lannya.
Oleh bujuk rayu kaum laki-laki dan para calo; terutama yang menjanjikan pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi. Misalnya sebagai pelayan toko, bintang film, peragawati dan lain-lain. Namun pada akhirnya, gadis-gadis tersebut dengan kejamnya dijebloskan ke dalam bordil-bordil dan rumah-rumah pelacuran.
Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih dahulu ke dalam dunia pelacuran.
Dampak’a
Banyak masalah yang timbul pada anak-anak yang dilacurkan tersebut. Umumnya korban kekerasan seksual terhadap anak yang dilacurkan tidak hanya trauma fisik, namun terutama sekali akan menderita stres mental yang amat berat bahkan seumur hidup, yaitu apa yang dinamakan stres pasca trauma, sebab pada dasarnya kekerasan seksual itu lebih merupakan trauma psikis daripada trauma fisik.
Bila dikaitkan dengan anak-anak yang dilacurkan maka penyebab kekerasan adalah status sosial, sistem kerja yang unik yang tidak tergantung pada ketentuan umum tetapi tergantung pada germo dan perilaku pelanggan yang tidak waras. Bahkan dikarenakan mereka termasuk jenis kerja yang tidak diakui pemerintah, maka segala kekerasan yang mereka alami sebagai konsekuensi dari hasil yang mereka lakukan.
Selain trauma psikis sebagai dampak kekerasan seksual, juga peluang tertularnya HIV/AIDS sangat besar bagi anak-anak yang dilacurkan. Mreka umumnya kurang paham akan arti pentingnya seks sehat. Para pelanggan pun merasa yakin si anak adalah suci dari berbagai penyakit dan tidak merasa penting untuk menggunakan kondom. Padahal peluang tertularnya HIV/AIDS terhadap anak-anak yang dilacurkan cukup besar, hal ini disebabkan mereka berada dalam posisi yang lemah, dan pasrah menerima keadaan yang tidak memihak ini.
Suatu bangsa yang besar dibangun oleh generasi mudanya yang inovatif dan kreatif. Namun hal ini tidak akan terwujud bila generasi yang seharusnya berkembang dan belajar justru menjadi korban perbudakan modern.

5. Masalah lingkungan
Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan
Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpada dan tuntas. Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia umumnya.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita interaksi antara lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita kesehatan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negara­negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah kita semua.
Keadaan ini ternyata menyebabkan kita betpikir bahwa pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas.. Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisipliner.
Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan mengganggu kesehatan lingkungan.
Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2disebabkan gas beracun besar konsentrasinya dedalam atmosfirseperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini bersifat akurat dan keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam, Cadmium,Flour dan insektisida .
Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak menular. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit penyakit umpama penyakit malaria karena udara jelek dan tinggal disekitar rawa-rawa. Orang beranggapan bahwa penyakit malaria terjadi karena tinggal pada rawa-rawa padahal nyamuk yang bersarang di rawa menyebabkan penyakit malaria. Dipandang dari segi lingkungan kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan lingkungan.

6. Masalah Birokrasi
6.1 Kegagalan Birokrasi Sektor Publik
Karena Grameen tidak bisa dinilai dari posisinya dalam kaitan dengan sektor publik dan swasta, pengertian politik tradisional sulit digunakan untuk memberi cap pada Grameen. Grameen menentang sektor publik dan swasta sebagaimana yang umumnya dipahami.
Grameen bahkan mengusulkan penciptaan sektor yang sepenuhnya baru, yakni yang saya sebut sebagai sektor swasta yang sadar-sosial. Siapa yang akan atau bisa terlibat di dalamnya? Orang-orang yang sadar-sosial. Kesadaran sosial bisa menjadi hasrat yang membara dalam diri manusia, bahkan lebih membara, seperti kita makan. Mengapa tidak membuka ruang bagi orang-orang seperti itu untuk bermain di pasar, untuk mengatasi masalah-masalah sosial, dan mengarahkan kehidupan manusia ke taraf perdamaian, kesetaraan, dan kreativitas yang lebih tinggi?
Sektor publik telah gagal. Atau paling tidak telah terjerembab terlepas dari upaya-upaya terbaik kita. Birokratisasi yang dilindungi oleh subsidi, proteksi ekonomi dan politik, serta ketiadaan transparansi sedang membinasakannya. Birokrasi menjadi arena main bagi korupsi. Yang diawali dengan maksud-maksud baik, berubah menjadi sebuah jalan menuju bencana. Dengan kematian sektor publik, satu-satunya yang tersisa bagi dunia adalah sektor swasta berbasis keuntungan pribadi. ini bukan prospek yang
menyenangkan. Jika tidak ada yang lain, kita harus ingat bahwa ketamakan dan korupsi cenderung saling memikat satu sama lain untuk bermitra dalam peluang sekecil apapun. Sebelum dunia menyerah pada ketamakan dan korupsi, kita harus serius mengkaji kekuatan kesadaran sosial sebagai pesaingnya.

6.2 MANAJEMEN BENCANA, MENYOAL RUWETNYA TENTANG BIROKRASI
Setiap kali terjadi bencana alam, maka semua koran dan stasiun televisi kemudian ramai membuka dompet bencana alam, mahasiswa membuat aksi sumbangan bantuan kemanusiaan di perempatan-perempatan jalan, departemen, dan birokrasi terkait biasanya kemudian sepakat menyumbang kepada para korban bencana. Oleh reaksi publik yang panik dan menderita, tentu saja “aksi” yang dibuat seperti sangat legitimate, dan karenanya pelbagai bentuk aksi langsung menghasilkan uang, sembako, dll. Yang jelas, manajemen “aksi” semacam itu, pasti akan jauh lebih mahal ketimbang usaha dini dan sungguh-sungguh untuk membangkitkan inisiatif dan sikap waspada masyarakat, dalam mengantisipasi bencana.
Ada benarnya, diantara faktor penyebab masalah banjir dan longsor serta bencana alam lainnya, sangat terkait dengan masalah sosial seperti kemiskinan, lingkungan hidup, keserakahan manusia, dan kesadaran hukum. Termasuk, tidak adanya gereget untuk penghijauan setiap saat. Sejauh ini, pengendalian banjir dilakukan melalui penanggulangan dan pencegahan. Penanggulangan dilakukan saat terjadi musibah dengan pertolongan terhadap korban, pencarian korban, penampungan darurat pengungsi, dan bantuan sembako. Termasuk membuka daerah terisolir akibat bencana, dan perbaikan atas kerusakan. Lalu upaya pencegahan dilakukan dengan penyuluhan. Sebagian besar langkah-langkah itu, pada dasarnya adalah crash program atau sebuah kepanitiaan ad hoc belaka.
Birokrasi yang menjadi tulang punggung penanggulangan bencana dituduh sebagai sumber kelambanan itu. Berdasarkan Keppres No 3/2001 dan Keppres No 111/2001, di tingkat nasional dibentuk Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi, di tingkat provinsi dibentuk Satuan Koordinasi Pelaksanaan (Satkorlak), dan di tingkat kabupaten dibentuk Satuan Pelaksana (Satlak). Di tingkat nasional badan ini diketuai oleh Wakil Presiden, di provinsi oleh gubernur, dan di kabupaten oleh bupati. Struktur Bakornas sampai Satlak diisi para pejabat pemerintahan. Penanggulangan bencana lebih condong terhadap struktur hierarki birokrasi, dengan semua karakteristik dan “penyakit” yang melekat pada dirinya.
Padahal, birokrasi di Indonesia, menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sjamsuddin Haris, kulturnya minta dilayani bukan melayani. Tidak bakal ada inisiatif dari birokrasi semacam itu. Mereka hanya menunggu laporan dari bawahannya, bukannya aktif menggali informasi dari masyarakat, pers, maupun organisasi non pemerintah. Ketika menghadapi situasi krisis, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menurut Haris kelambanan dalam merespons bencana diakibatkan terkait dengan cara berpikir sektoral, pertimbangan budget, dan payung hukum dalam setiap tindakan birokrasi. “Selalu saja akan ada pertanyaan dana akan diambil dari mana? Kesemuanya ini berakibat pada respons yangmenjadi lamban.
Lemahnya respons terhadap penanganan bencana terjadi karena manajemen penanggulangan bencana sepenuhnya diserahkan pada birokrasi, bukan orang-orang yang memang ahli dalam manajemen bencana. Organisasi Bakornas di pusat sampai Satlak di tingkat kabupaten lebih berorientasi pada jabatan, bukan pada pekerjaan. Jika penanggulangan bencana diserahkan pada hierarki birokrasi seperti yang terjadi selama ini, kelambanan dan kelemahan dalam manajemen penanggulangan bencana akan terus terjadi.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
Dari segi kuantitas, jumlah masalah sosial yang semakin banyak merupakan penghambat pembangunan nasional. Masalah sosial yang terlalu banyak dalam masyarakat akan membuat masalah mental dalam masyarakat itu sendiri , aparat pemerintah harus lebih memperhatikan tentang masalah sosial yang terjadi dimasyarakat agar masyarakat indonesia lebih mengeti tentang masalah sosial dan dapat menghindari masalah itu sehingga dapat membuat tingkat masalah menurun.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka berikut ini digunakan beberapa saran untuk berbagai pihak, sebagai berikut :
Pertama, sikap seseorang terhadap masalah social yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjadi lagi atau berkurangnya masalah social.
Kedua , dalam masalah sosial perlu ditingkatkan maka masyarakat dari semua lapisan tanpa terkecuali harus bias memahami tidak baiknya masalah soaial sehingga tidak di ikuti.
Ketiga,aparat pemerintah, aparat pemerintah lebih bekerja keras dalam memberikan penyuluhan, menangani masalah social dan merehabilitasi individu yang terkena masalah social.

















DAFTAR PUSTAKA




http://fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pengembangan_pendidikan_ips_sd_1.pdf

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/10/ekonomi/847162.htm

http://adjhee.wordpress.com/2007/12/12/kebijakan-sosial-dalam-menanggulangi-masalah-kemiskinan/

http://siar.endonesa.net/utty/2008/10/31/pelacuran-sebuah-fenomena-masalah-sosial/

http://bencana.net/kerusakan-lingkungan/dampak-pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan.html

http://www.penulislepas.com/v2/?p=417

alina

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmatNYA dan petunjukNYA sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Pasar Modal ini Penyusunan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


  1. Guru sosiologi yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyusun penulisan makalah ini.

  2. Kepada keluarga kami yang terus memberikan motivasi untuk selesainya penulisan makalah ini.

  3. Kepada rekan – rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang banyak meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan semangat, hingga makalah ini selesai.


Walaupun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam penyusunan penulisan makalah ini, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun dari siapa saja yang membaca penulisan makalh ini. Semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.



Bogor, Desember 2008




BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Masalah sosial tentu ada kaitannya dengan teori sosial. Teori sosial lebih menekankan pada segi perspektif yang terkadang kurang mampu menjelaskan secara utuh tentang masyarakat..pun jua untuk membedah akar masalah sosial.Ya...karena 'ilmuwan sosial' melihat masyarakat dengan 'teropong' yang berbeda. Karenanya diperlukan suatu bentuk kompleksitas sehingga teori sosial dapat berlaku dan berperan menentukan tatanan masyarakat yang ideal.

Dalam sosiologi khususnya melihat masalah sosial dapat dilihat dari kacamata/perspektif dari 3 tokoh ternama 'founding father'nya sosiologi yang di istilahkan dengan Durkhemian,Weberian, dan Marxian yang memiliki ketidaksamaan cara pandang mengenai masyarakat.

Masalah sosial sebagai suatu fenomena sosial tidak hanya dialami oleh negara negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi di negara yang sudah mempunyai kemapanan di segala bidang ekonomi, budaya,biologis, psikologis. Fenomena ini pada dasarnya telah menjadi perhatian, isu, dan gerakan global yang bersifat kemanusiaan (humanity).

Beberapa koreksi dari para ahli menunjuk, bahwa salah satu permasalahan yang mendasar dari masalah sosial adalah orientasi pembangunan mental manusia . Kondisi ini tercermin dari masalah – masalah yang timbul dari masalah yang terjadi di masyarakat yang penyebabnya sebagian besar dari kelakuan manusia.

Factor-faktor masalah ekonomi yang terjadi dapat dikatagorikan menjadi beberapa factor antara lain :

  1. factor ekonomi: kemiskinan , penganguran ,dll

  2. factor budaya : perceraian, kenakalan remaja , dll

  3. factor biologis :keracunan makanan, penyakit menular, dll

  4. factor psikologis :aliran sesat ,dll


















    1. Tujuan

  1. Untuk memperoleh pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang kemasyarakatan

  2. Mendapatkan gambaran / fakta yang rill di masyarakat

  3. Mengetahui factor – factor apa saja yang dapat membuat masalah social

  4. Mengetahui contoh – contoh masalah soaial dalam masyarakat di Indonesia

  5. Mengetahui penyebab maalah social

  6. Mengetahui bagaimana cara menyelesaian masalah social


C. Ruang Lingkup

Dalam masalah kemiskinan yang mencakup banyak factor mempunyai masalh yang menyangkut pemerintahan, lembaga- lembaga social, masyarakat, dermawan,dll.. Dalam masalah disorganisasi keluarga mencakup anggota dari keluarga, yaitu ayah, ibu, dan anak, dimana saling keterkaitan satu dengan yang lain. Dalam masalah ketiga generasi muda mencakup anak remaja, orang tua, pemerintah dan lembaga-lembaga social. Dalam masalah pelanggaran tehadap norma-norma yang menyangkut masyarakat umum, individu, aparat sebagai penindak dan pemerintahan sebagai penbuat kebijakan atau peraturan, adat/kebudayaan dan lembaga agama, peraturan,dll. Masalah lingkungan mencangkup masyarakat dan alam/lingkungan. Masalah birokrasi mencakup aparat pemerintah dan masyarakat umum.


BAB II

PEMBAHASAN


Definisi/Pengertian Masalah Sosial

Manusia adalah makhluk monodualis yaitu makhluk yang terdiri dari beberapa kodrat tetapi tetap merupakan satu kesatuan, terdiri dari susunan kodrat yaitu jiwa dan raga, sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodratnya sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri.. Dalam kaitannya dengan materi yang kita pelajari, maka sifat kodrat manusialah yang akan dibahas lebih lanjut yaitu, manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia itu hidup di tengah-tengah manusia lain atau hidup dalam suatu komunitas yang disebut masyarakat.

Dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, di situ ada prinsip saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Setiap individu berkepentingan dengan individu-individu lain dalam kelompoknya sendiri maupun di luar kelompoknya. Dalam kehidupan sehari-hari rasa berkepentingan itu tersalurkan melalui proses sosialisasi dan interaksi sosial. Proses sosialisasi merupakan suatu proses pembelajaran sejak anak itu masih kecil dengan tujuan untuk membentuk kepribadiannya. Interaksi sosial terjadi ketika anak itu mulai bergaul dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarganya sendiri maupun dengan orang lain atau masyarakat di luar lingkungan dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, manusia harus mengemban nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sebagai penuntun atau pedoman dalam kehidupannya. Oleh karena itu berbicara mengenai nilai berarti kita berbicara tentang hal-hal yang ideal atau das sollen yaitu sesuatu yang seharusnya, bukan das sein atau sesuatu yang senyatanya terjadi. Namun dalam kenyataannya ada orang atau sekelompok orang yang dengan sengaja dan sadar melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang akan menimbulkan kesenjangan dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah-masalah dalam masyarakat. Apabila masalah-masalah itu menjadi berlarut-larut, maka gejala atau kenyataan itu akan menjadi masalah Jadi yang dimaksud dengan masalah sosial adalah kesenjangan antara das sollen yaitu sesuatu yang seharusnya ada dengan das sein yaitu sesuatu yang senyatanya terjadi .

2. Teori-teori Sosial

Saudara mahasiswa, agar kita bisa menganalisis dengan baik masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar kita, maka sebaiknya Anda juga mempelajari tentang teori-teori sosial berikut ini. Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial antara lain teori Fungsional Struktural, teori Konflik dan teori Sistem.

a. Teori Fungsional Struktural

Menurut teori Fungsional Struktural, masyarakat sebagai suatu sistem memiliki struktur yang terdiri dari banyak lembaga, di mana masing-masing lembaga mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Lembaga-lembaga itu antara lain lembaga sekolah, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga sosial, lembaga kebudayaan, lembaga hukum, lembaga keluarga dan sebagainya yang semuanya saling berkaitan satu dengan yang lain. Apabila ada ketidakseimbangan diantara lembaga-lembaga tersebut, maka fungsi lembaga itu akan terganggu.

b. Teori Konflik

Teori konflik memandang masyarakat sebagai suatu arena dimana antara kelompok yang satu dengan yang lain saling berebut, misalnya berebut kekuasaan. Apabila golongan fungsional melihat undang-undang sebagai jalan untuk meningkatkan integrasi sosial, maka teori konflik akan memandang undang-undang itu sebagai suatu bentuk aturan yang akan menguntungkan salah satu kelompok saja. Jadi teori konflik tidak memusatkan perhatiannya pada keseimbangan, adanya saling ketergantungan, dan adanya kerjasama antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Biasanya konflik sosial itu muncul dalam masyarakat karena memperebutkan kekuasaan, prestise, dan kekayaan.

c. Teori Sistem

Teori sistem banyak digunakan oleh para sosiolog, diantaranya oleh Auguste Comte. Comte mengatakan bahwa masyarakat itu seperti organisme hidup. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat berlaku seperti konsep sistem, sehingga masyarakat itu terus berlangsung dan dapat bertahan sebagaimana kelangsungan hidup organisme. Setiap bagian unsur saling mempengaruhi, saling memerlukan, saling mengisi, saling melengkapi dalam satu kesatuannya. Jadi ada saling ketergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial acapkali dibedakan dengan dua macam persoalan, yaitu antara masalah sosial masyarakat dengan problema sosial yang menyangkut analisa tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat. Para sosiolog telah banyak mengusahakan adanya indeks-indeks yang dapat dijadikan petunjuk bagi terjadinya masalah sosial misalnya simple rates, compsite indexes, komposisi penduduk,social distance, partisipasi sosial dan sebagainya. Faktor-faktor masalah sosial adalah ekonomi, biologis, boipsikologis dan kebudayaan. Beberapa contoh masalah sosial diantaranya:

1. Kemiskinan

Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset, multidimensional, dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain: informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kapital. Lebih dari itu, hidup dalam kemiskinan sering kali juga berarti hidup dalam alienasi, akses yang rendah terhadap kekuasaan, dan oleh karena itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan pengap”.

Penyebab kemiskinan

Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama inicenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.

Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama
(SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).

Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

Startegi penanggulangan kemiskinan

Sesuai dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan pekerjaan social terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah, maka intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran perubahan (orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Prinsip in dikenal dengan pendekatan “person in environment dan person in situation”.

Seperti yang telah dijelaskan Depsos sebagai suatu instansi memiliki pula beberapa agenda yang memang merupakan disiapkan untuk menekan angka kemiskinan, diantara program kerja Depsos yang telah terealisasi yang menurut Edi Suharto, Phd adalah strategi pendekatan pertama yaitu pekerja sosial melihat penyebab kemiskinan dan sumber-sumber penyelesaian kemiskinan dalam kaitannya dengan lingkungan dimana si miskin tinggal, baik dalam konteks keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat. Penanganan kemiskinan yang bersifat kelembagaan (institutional) biasanya didasari oleh pertimbangan ini. Beberapa bentuk PROKESOS yang telah dan sedang dikembangkan oleh Depsos dapat disederhanakan menjadi :

  1. pemberian pelayanan dan rehabilitasi social yang diselenggarakan oleh panti-panti sosial

  2. program jaminan, perlindungan dan asuransi kesejahteraan sosial

  3. bekerjasama dengan instansi lain dalam melakukan swadaya dan pemberdayaan usaha miro, dan pendistribusian bantuan kemanusiaan, dan lain-lain

Pendekatan kedua, yang melihat si miskin dalam konteks situasinya, strategi pekerjaan sosial berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan self-determinism yang melihat si miskin secara individual yang memiliki masalah dan kemampuan unik. Program anti kemiskinan dalam kacamata ini disesuaikan dengan kejadian-kejadian dan/atau masalah-masalah yang dihadapinya. PROKESOS penanganan kemiskinan dapat dikategorikan ke dalam beberapa strategi, diantaranya :

  1. Strategi kedaruratan. Misalnya, bantuan uang, barang dan tenaga bagi korban bencana alam.

  2. Strategi kesementaraan atau residual. Misalnya, bantuan stimulant untuk usaha-usaha ekonomis produktif.

  3. Strategi pemberdayaan. Misalnya, program pelatihan dan pembinaan keluarga muda mandiri, pembinaan partisipasi sosial masyarakat, pembinaan anak dan remaja.

  4. Strategi “penanganan bagian yang hilang”. Strategi yang oleh Caroline Moser disebut sebagai “the missing piece strategy” ini meliputi program-program yang dianggap dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui penanganan salah satu aspek kunci kemiskinan yang kalau “disentuh” akan membawa dampak pada aspek-aspek lainnya. Misalnya, pemberian kredit, program KUBE (kelompok usaha bersama)

2. Disorganisasi keluarga

Disorganisasi keluarga yaitu suatu perpecahan dal;am keluarga sebagai unit, oleh karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan social. Contoh :

Perceraian Berpotensi Jadi Masalah Sosial:

Perselisihan rumah tangga dan perceraian dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan sosial. Data yang diperoleh hingga tahun 2005, dari rata-rata 2 juta peristiwa perkawinan, 45 persen berselisih dan 12-15 persen mengalami perceraian. 80 persen perceraian terjadi pada usia perkawinan di bawah 5 tahun. Penyebabnya, karena terjadi disorientasi tujuan perkawinan, biasnya motivasi berumahtangga ke arah pemenuhan tujuan seksual akibat meningkatnya intensitas dan frekuensi ragam informasi yang mengandung unsur-unsur pornografi. seseorang akan menunjukkan perilaku impulsif obsesif demi memuaskan hasrat seksnya serta cenderung mengabaikan persoalan lainnya."Jika berumahtangga hanya didasari memenuhi kebutuhan biologis semata, maka akan memicu permasalahan di kemudian hari yang tidak dapat diatasi oleh pasangan suami-isteri . Membangun rumah tangga dan keluarga yang kokoh disebut sakinah, mawaddah, warrahmah, kita harus memperhatikan norma-norma yang bersumber dari ajaran agama maupun budaya. Melaksanakan fungsi pendidikan keluarga oleh orang tua

Keluarga memiliki fungsi penting dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak, bahkan sekolah terbaik sekalipun belum tentu dapat menggantikan fungsi tersebut sepenuhnya

Melaksanakan fungsi pendidikan keluarga oleh orang tua bukan semata kewajiban, tetapi lebih merupakan pencapaian kesadaran tertinggi para orang tua untuk menyiapkan dan menghasilkan produk generasi yang andal, berprestasi, bermoral dan bertanggungjawab.

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Remaja Awal

Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir (Hurlock, 1980). Tugas–tugas perkembangan remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak–kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa remaja. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas- tugas masa remaja awal, apalagi mereka yang terlambat untuk matang (Hurlock, 1980).

Perceraian dan perpisahan orangtua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Banyak studi dilakukan untuk memahami akibat-akibat perceraian bagi anggota keluarga khususnya seorang anak (Johnston, 1996; Hurlock,1992). Dalam kasus perceraian, tidak hanya orang tua yang menanggung kepedihan, tapi yang lebih merasakan beratnya perceraian adalah anak. Severe (2000) mengemukakan bahwa anak bukannya tidak tahu tapi ia tidak mampu menjelaskan, mengapa ia tidak ingin ada orang tahu bahwa ia sedang pedih hatinya, dia juga tidak ingin mengatakan apapun yang dapat memperburuk keadaan di rumah. Sebenarnya anak dapat melihat ketegangan yang dialami orang tuanya. Tetapi dia khawatir jika dia mengungkapkan emosinya, akan menambah kepedihan setiap orang. Inilah alasan mengapa sebagian besar anak tidak pernah bicara dengan orang tuanya tentang perasaannya mengenai perceraian. Perasaan tersembunyi ini akan meningkatkan kecemasan dan memperlemah kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah. Selain itu, perasaan yang tertekan bisa menjadi bibit bagi permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya nanti. Secara psikologis, anak terikat pada kedua orang tuanya, jika orang tuanya bercerai, seperti separuh kepribadiannya dirobek, hal ini akan berpengaruh terhadap rasa harga diri yang buruk, timbul rasa tidak aman dan kemurungan yang luar biasa dan dalam kondisi demikian maka sekolah bagi anak bukan merupakan sesuatu yang penting.

Menurut Handoko (2002) perceraian bagi anak adalah "tanda kematian" keutuhan keluarganya, rasanya separuh "diri" anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi. Perasaan Berdasarkan hasil survey nasional AS sebanyak 11 macam dari tahun 1973 hingga 1985 diperoleh bermacam-macam argumen tentang dampak perceraian yaitu dalam hal ini bentuk peran pasangan seperti pernikahan yang buruk akan menghasilkan tipe anak yang buruk juga. Kurang mempunyai kontrol sosial seperti kurangnya dukungan keluarga terhadap pernikahan hilangnya bentuk peran pasangan, pendidikan yang rendah, keinginan besar untuk bercerai, mereka lebih suka memilih bercerai untuk mengakhiri konflik, menikah pada usia muda biasanya menikah pada usia muda cenderung akan lebih cepat bercerai (Glenn and Kramer, 1987)

berkonsentrasi di sekolah. Perasaan-perasaan tersebut akan meningkat bila kedua orang tuanya saling menyerang atau menghina. Bila salah satu orang tua mengatakan hal-hal yang jelek mengenai pasangannya di depan anak mereka, anak akan cemas bahwa ciri-ciri yang tidak menyenangkan itu akan melekat pada diri mereka. Mereka akan berpikir, "Kalau ayah orang jahat, jangan-jangan nanti aku juga jadi orang jahat. Kata orang aku sangat mirip ayah. "Perasaan penolakan dan kehilangan akan sangat membekas, dia berkeyakinan, dirinya seorang anak yang tidak punya nilai .


3. Masalah generasi muda

63 tahun sudah negara Republik Indonesia ini merdeka. Namun, masalah pelik yang dihadapi negeri ini seolah-olah makin banyak saja. Apalagi adanya kejatuhan ekonomi global semakin membuat pemerintah memeras otak. Belum lagi adanya masalah-masalah sosial yang timbul di masyarakat seperti: kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dsb. membuat semakin kompleks saja tantangan yang dihadapi Indonesia dewasa ini.Hal tersebut diperparah lagi dengan beberapa hal buruk yang sering dilakukan masyarakat terutama yang dilakukan generasi penerus bangsa kita, antara lain:

Tawuran
Tawuran seakan-akan sudah membudaya bagi generasi muda kita saat ini. Baru-baru ini kita sering melihat berita di TV tentang tawuran antar-mahasiswa di Jakarta. Itu merupakan bukti bahwa "budaya" tawuran ini masih ada dan tumbuh subur di bumi Indonesia ini. Pada umumnya, tawuran itu disebabkan antara lain: ingin menunjukkan kehebatan diri, dendam karena sesuatu yang terkadang tidak jelas, gengsi, pengaruh pihak-pihak eksternal, dsb.

Bunuh Diri

Penyakit mematikan yang satu ini mungkin lagi "in" di masyarakat kita. Betapa tidak, kasus bunuh diri ini banyak sekali meramaikan berita-berita di TV. Dari mulai bunuh diri jamaah sekeluarga, bunuh diri gara-gara putus cinta, bahkan ada pula yang bunuh diri gara-gara gak dibeliin motor baru.

tapi efek bagi moral bangsa ini yang juga tidak main-main. Satu hal yang sebenarnya perlu dicamkan adalah "Berani hidup jauh lebih mulia daripada berani mati karena putus asa."


Free Sex

Dalam survei yang digelar di 12 kota besar pada tahun silam, Komisi Nasional Perlindungan Anak alias Komnas Anak mendapatkan hasil yang mencengangkan. Dari lebih 4.500 remaja yang disurvei, 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat. Yang lebih menyeramkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.


Narkoba
Mungkin kasus penyalahgunaan Narkoba ini sudah bukan berita baru lagi. Namun, penggunaan barang haram ini masih saja sering kita temui di lingkungan sekitar kita. Sebenarnya pemerintah juga sudah cukup gencar dalam pemberantasan penyalahgunaan Narkoba ini. Namun, berhubung masalah yang dihadapi pemerintah sangat banyak dan pelik, terkadang persoalan Narkoba ini luput dari pehatian pemerintah.


Mabuk
Baru kemarin waktu Idul Fitri, kita mendengar atau melihat ada berita yang mengatakan bahwa 10 pemuda tewas dalam pesta minuman keras di suatu kota.


Judi
Judi yang dimaksudkan di sini bukan hanya judi kartu namun segala hal lain yang berhubungan dengan mengundi nasib dengan menggunakan uang, seperti togel, adu ayam, taruhan, dsb. Namun saya hanya memfokuskan pada judi yang dilakukan oleh generasi muda kita yang umumnya masih bersekolah dan kuliah dan belum mempunyai penghasilan sendiri. Yang saya sesalkan adalah ada dari mereka yang melakukan judi ini karena terinspirasi orang tuanya yang senang berjudi.



4. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat

4.1 Pluralisme dalam implementasi HAM

Kesadaran akan pentingnya pluralisme di kalangan pemerintah dan masyarakat saat ini nampaknya masih menunjukkan tingkat yang sangat rendah. Bahkan, melihat sejumlah kasus yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, pluralisme secara te! rus-menerus dilanggar dan dicederai. Bila keadaan ini terus be! rlajut, maka bisa dipastikan tidak akan ada lagi ruang yang memungkinkan bagi hidupnya perbedaan, keberagaman, dan kebebasan di Indonesia. Penilaian tersebut bukanlah sebagai upaya dramatisasi. Sebab, fakta menunjukkan upaya-upaya pengingkaran pluralisme bekerja dengan sistematis di semua ruang kehidupan. Di ranah Negara, muncul berbagai kebijakan yang menentang pluralisme mulai dari pusat sampai daerah. Di ranah masyarakat, muncul kelompok yang kerap melakukan pemaksaan kehendak melalui represi dan operasi atas nama kebenaran dan keyakinan yang dianutnya. Situasi ini telah menciptakan ketakutan bagi setiap orang untuk merayakan keberagaman dan mengeskpresikan perbedaannya.

Tiga faktor utama yang mendorong buramnya pluralisme di Indonesia. Pertama, belum adanya penerimaan secara total terhadap norma-norma HAM, baik itu di kalangan aktor-aktor Negara maupun masyarakat. Adanya penerimaan HAM yang cenderung setengah hati itu menyebabkan munculnya sikap dan tindakan anti-HAM di kalangan aktor-aktor Negara dan masyarakat. Terlebih lagi ide totaliteristik sebagai warisan rezim otoritarian Orde Baru hingga masih juga berakar kuat kendati rezim tersebut telah runtuh. Ia kini menyelinap dalam berbagai ruang kehidupan.
Kedua, banyaknya pengaruh berbagai penafsiran atas teks-teks keagamaan yang disertai dengan adanya klaim-klaim kebenaran atas pemikiran atau keyakinan yang dianut oleh kelompoknya. Bi! sa dikatakan, adanya klaim-klaim kebenaran itu sebagai gejala ! awal mer ebaknya berbagai sikap intoleran di tengah masyarakat. Sebab, klaim-klaim tersebut tidak jarang dipaksakan oleh kelompok tertentu sebagai kebenaran bagi kelompok lainnya, sehingga akhirnya melahirkan ketegangan hubungan antar berbagai kelompok.
Ketiga, adanya kekeliruan dalam memahami dan memaknai pluralisme sehingga menyebabkan tumbuhnya persepsi negatif terhadap pluralisme. Salah satunya tercermin dalam Fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/II/2005 Tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama. Fatwa ini tentu saja memiliki dampak. Diakui atau tidak, dalam perkembangannya fatwa tersebut semakin meningkatkan sikap intoleran di masyarakat dan mendorong berbagai kelompok melakukan penceradaan terhadap pluralisme.

Yang harus dilakukan negara

Kendati demikian, ada beberapa prinsip yang harus ditaati oleh Negara dalam implem! entasi kewajiban-kewajiban HAM-nya. Prinsip-prinsip tersebut mengatur batasan-batasan Negara sampai sejauhmana ia menjalankan tiga kewajibannya tersebut. Ketaatan Negara terhadap prinsip-prinsip tersebut menjadi penting untuk memastikan terjamin dan terpenuhinya semua hak-hak dasar individu tanpa terkecuali.

Pembagian rumpun hak-hak dasar itu harus dijadikan pegangan dan harus ditaati oleh Negara dalam implementasi kewajiban HAM-nya. Tanpa adanya ketaatan terhadap pemilahan itu, maka itu justru akan memunculkan potensi tercerabut dan terlanggarnya hak-hak sipil dan politik karena adanya campur tangan Negara, sebagaimana yang selama ini terjadi.

Sehingga menjadi jelas, bahwa pluralisme akan semakin maju bilamana Negara mengurangi atau meminimalkan campur tangannya untuk tidak mengurusi atau membuat berbagai aturan yang pada akhirnya berpotensi melanggar hak-hak dasar individu di atas. Dalam kaitan itu, yang harus dilakukan Negara bagaimana menjamin dan memberi perlindungan bagi setiap orang dalam upaya menikmati hak-hak dasarnya tersebut.


4.2 KAWIN KONTRAK

Budaya Kawin Kontrak di Desa Kalisat Jatim

PERKAWINAN merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus memperhatikan norma dan kaidah hidup dalam masyarakat. Namun kenyataannya, tidak semua orang berprinsip demikian, dengan berbagai alasan pembenaran yang cukup masuk akal dan bisa diterima masyarakat.

Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dikenal sebagai desa kawin siri dan kawin kontrak, sehingga di sana banyak ditemukan perkawinan yang hanya bertahan sementara sesuai dengan kesepakatan pasangan. Seorang pria bisa melakukan kawin kontrak di desa itu dengan menyerahkan mas kawin yang telah disepakati calon pasangan wanita. Tapi pada umumnya emas kawinnya berupa uang, perbaikan rumah, dan emas. Tidak mengherankan rata-rata wanita di desa itu kawin lebih dari satu kali.

Secara hukum Islam, perkawinan kontrak adalah suatu ''kontrak'' atau ''akad'' antara seorang laki-laki dan wanita tidak bersuami, serta ditentukan akhir periode perkawinan dan mas kawin yang harus diserahkan kepada keluarga wanita.
Syarat kawin kontrak antara lain melakukan ijab kabul, ada mas kawin, dan masa waktu perkawinan yang telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua pihak. Seorang laki-laki diperbolehkan melakukan perkawinan secara serentak sebanyak yang ia inginkan dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan wanita hanya diperbolehkan melakukan kontrak dengan seorang laki-laki dalam satu periode.

Penyebab

Sri Endah Kinasih yang juga antropolog dari Unair itu mengatakan, faktor ekonomi sebagai penyebab utama perkawinan kontrak. Gadis yang relatif masih muda terpaksa dinikahkan dengan harapan bisa mengurangi beban keluarga. Meskipun demikian, pelaksanaan ajaran agama di kalangan masyarakat Kalisat cukup kuat, khususnya menyangkut norma-norma atau kaidah perkawinan berdasarkan hukum Islam.

Pendidikan umum kurang begitu diutamakan. Yang terpenting pendidikan agama dan mengikuti apa yang dilakukan oleh kiai, karena kiai sebagai anutan di masyarakat Kalisat. Setelah itu wanita harus siap berumahtangga. Faktor sosial budaya, berkaitan dengan kebiasaan kawin muda (rata-rata di bawah umur 16 tahun), sehingga mereka melakukan perkawinan pada saat mencapai usia yang dianggap pantas untuk menikah dan malu disebut perawan tua.


4.3 pelacuran

Pelacuran berasal dari bahasa latin pro-situere atau pro sature yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan persundalan, percabulan, pergendakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna susila. Tuna susila atau tidak susila diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi seksual dalam bentuk penyerahan diri pada banyak lelaki untuk pemuasan seksual dan mendapat imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. Tuna susila itu juga bisa diartikan sebagai salah tingkah, tidak asusila atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila.

Pelacuran merupakan profesi paling tua sepanjang sejarah kehidupan manusia. Bentuk-bentuk pelacuran yang sedang marak saat ini adalah pelacuran sanak atau prostitusi anak yang biasa disebut anal baru gede (ABG) dan anak-anak di bawah umur. Ada banyak istilah untuk menyebut para pelaku prostitusi anak tersebut seperti misalnya istilah ciblek (cilik betah melek) atau di Bandung dekenal dengan istilah “bagong lieur” (babi hutan mabuk). Mereka pad umumnya lebih dicari oleh pria-pria hidung belang karena dianggap masih perawan dan masih bersih dibanding pelacur dewasa.

Alasan pelacuran

Ada banyak alasan yang menyebabkan mereka terjun ke lingkaran bisnis seks. Tidak hanya akibat dijebak oleh para germo, diantara para pelacur anak tersebut justru mengatakan bahwa mereka melakukan dengan sukarela. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Irwanto dkk (1998) di desa Bongas. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Koentjoro (1989), Hull dkk (1997) dan Wibowo dkk (1989). Dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa munculnya anak-anak yang dilacurkan lebih banyak disebabkan oleh motif ekonomi dan budaya. Hull dkk (1997) menambahkan faktor ekonomi yang rendah, ketidaktaatan terhadap agama Islam. Malah di Indramayu orang tua ikut dalam proses ritual, pendidikan dan persiapan anaknya sebelum menjadi pelacur. Orang tualah yang memberikan persiapan ritual-mistis, menghubungkan dengan seorang germo, dan memastikan bahwa penghasilan anaknya tidak untuk dihambur-hamburkan. Mereka pula selalu mendoakan dan meramu sajian agar anak-anaknya memperoleh tamu yang banyak.

Penyebab timbulnya pelacuran:

  • Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelum pernikahan atau di luar pernikahan.

  • Komersialisasi dari seks, baik dari pihak wanita maupun germo-germo dan oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan pelayanan seks. Jadi seks dijadikan alat yang jamak-guna (multi purpose) untuk tujuan komersialisasi di luar perkawinan.

  • Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat orang-orang mengenyam kesejahteraan hidup; dan ada pemutar balikan nilai-nilai pernikahan sejati.

  • Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini khususnya mengeksploitir kaum lemah/wanita dan anak-anak untuk tujuan-tujuan komersil.

Motif-motif yang melatarbelakangi pelacuran:

  • Rasa ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah seks, yang kemudian kecebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan bandit-bandit seks.

  • Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan; ada pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya; khususnya dalam mendapat status sosial yang lebih baik.

  • Kompensasi terhadap perasaan inferior. Jadi ada adjustment yang negatif; terutama sekali terjadi pada masa puber dan adolesens. Ada keinginan melebihi kakak, ibu sendiri, teman puteri, tante-tante atau wanita mondain lannya.

  • Oleh bujuk rayu kaum laki-laki dan para calo; terutama yang menjanjikan pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi. Misalnya sebagai pelayan toko, bintang film, peragawati dan lain-lain. Namun pada akhirnya, gadis-gadis tersebut dengan kejamnya dijebloskan ke dalam bordil-bordil dan rumah-rumah pelacuran.

  • Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih dahulu ke dalam dunia pelacuran.

Dampak’a

Banyak masalah yang timbul pada anak-anak yang dilacurkan tersebut. Umumnya korban kekerasan seksual terhadap anak yang dilacurkan tidak hanya trauma fisik, namun terutama sekali akan menderita stres mental yang amat berat bahkan seumur hidup, yaitu apa yang dinamakan stres pasca trauma, sebab pada dasarnya kekerasan seksual itu lebih merupakan trauma psikis daripada trauma fisik.

Bila dikaitkan dengan anak-anak yang dilacurkan maka penyebab kekerasan adalah status sosial, sistem kerja yang unik yang tidak tergantung pada ketentuan umum tetapi tergantung pada germo dan perilaku pelanggan yang tidak waras. Bahkan dikarenakan mereka termasuk jenis kerja yang tidak diakui pemerintah, maka segala kekerasan yang mereka alami sebagai konsekuensi dari hasil yang mereka lakukan.

Selain trauma psikis sebagai dampak kekerasan seksual, juga peluang tertularnya HIV/AIDS sangat besar bagi anak-anak yang dilacurkan. Mreka umumnya kurang paham akan arti pentingnya seks sehat. Para pelanggan pun merasa yakin si anak adalah suci dari berbagai penyakit dan tidak merasa penting untuk menggunakan kondom. Padahal peluang tertularnya HIV/AIDS terhadap anak-anak yang dilacurkan cukup besar, hal ini disebabkan mereka berada dalam posisi yang lemah, dan pasrah menerima keadaan yang tidak memihak ini.

Suatu bangsa yang besar dibangun oleh generasi mudanya yang inovatif dan kreatif. Namun hal ini tidak akan terwujud bila generasi yang seharusnya berkembang dan belajar justru menjadi korban perbudakan modern.



5. Masalah lingkungan

Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan

Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpada dan tuntas. Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia umumnya.

Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita interaksi antara lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita kesehatan.

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negara­negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah kita semua.

Keadaan ini ternyata menyebabkan kita betpikir bahwa pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas.. Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisipliner.

Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan mengganggu kesehatan lingkungan.

Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2disebabkan gas beracun besar konsentrasinya dedalam atmosfirseperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini bersifat akurat dan keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam, Cadmium,Flour dan insektisida .

Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak menular. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit penyakit umpama penyakit malaria karena udara jelek dan tinggal disekitar rawa-rawa. Orang beranggapan bahwa penyakit malaria terjadi karena tinggal pada rawa-rawa padahal nyamuk yang bersarang di rawa menyebabkan penyakit malaria. Dipandang dari segi lingkungan kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan lingkungan.



6. Masalah Birokrasi

6.1 Kegagalan Birokrasi Sektor Publik

Karena Grameen tidak bisa dinilai dari posisinya dalam kaitan dengan sektor publik dan swasta, pengertian politik tradisional sulit digunakan untuk memberi cap pada Grameen. Grameen menentang sektor publik dan swasta sebagaimana yang umumnya dipahami.

Grameen bahkan mengusulkan penciptaan sektor yang sepenuhnya baru, yakni yang saya sebut sebagai sektor swasta yang sadar-sosial. Siapa yang akan atau bisa terlibat di dalamnya? Orang-orang yang sadar-sosial. Kesadaran sosial bisa menjadi hasrat yang membara dalam diri manusia, bahkan lebih membara, seperti kita makan. Mengapa tidak membuka ruang bagi orang-orang seperti itu untuk bermain di pasar, untuk mengatasi masalah-masalah sosial, dan mengarahkan kehidupan manusia ke taraf perdamaian, kesetaraan, dan kreativitas yang lebih tinggi?

Sektor publik telah gagal. Atau paling tidak telah terjerembab terlepas dari upaya-upaya terbaik kita. Birokratisasi yang dilindungi oleh subsidi, proteksi ekonomi dan politik, serta ketiadaan transparansi sedang membinasakannya. Birokrasi menjadi arena main bagi korupsi. Yang diawali dengan maksud-maksud baik, berubah menjadi sebuah jalan menuju bencana. Dengan kematian sektor publik, satu-satunya yang tersisa bagi dunia adalah sektor swasta berbasis keuntungan pribadi. ini bukan prospek yang
menyenangkan. Jika tidak ada yang lain, kita harus ingat bahwa ketamakan dan korupsi cenderung saling memikat satu sama lain untuk bermitra dalam peluang sekecil apapun. Sebelum dunia menyerah pada ketamakan dan korupsi, kita harus serius mengkaji kekuatan kesadaran sosial sebagai pesaingnya.



6.2 MANAJEMEN BENCANA, MENYOAL RUWETNYA TENTANG BIROKRASI

Setiap kali terjadi bencana alam, maka semua koran dan stasiun televisi kemudian ramai membuka dompet bencana alam, mahasiswa membuat aksi sumbangan bantuan kemanusiaan di perempatan-perempatan jalan, departemen, dan birokrasi terkait biasanya kemudian sepakat menyumbang kepada para korban bencana. Oleh reaksi publik yang panik dan menderita, tentu saja “aksi” yang dibuat seperti sangat legitimate, dan karenanya pelbagai bentuk aksi langsung menghasilkan uang, sembako, dll. Yang jelas, manajemen “aksi” semacam itu, pasti akan jauh lebih mahal ketimbang usaha dini dan sungguh-sungguh untuk membangkitkan inisiatif dan sikap waspada masyarakat, dalam mengantisipasi bencana.

Ada benarnya, diantara faktor penyebab masalah banjir dan longsor serta bencana alam lainnya, sangat terkait dengan masalah sosial seperti kemiskinan, lingkungan hidup, keserakahan manusia, dan kesadaran hukum. Termasuk, tidak adanya gereget untuk penghijauan setiap saat. Sejauh ini, pengendalian banjir dilakukan melalui penanggulangan dan pencegahan. Penanggulangan dilakukan saat terjadi musibah dengan pertolongan terhadap korban, pencarian korban, penampungan darurat pengungsi, dan bantuan sembako. Termasuk membuka daerah terisolir akibat bencana, dan perbaikan atas kerusakan. Lalu upaya pencegahan dilakukan dengan penyuluhan. Sebagian besar langkah-langkah itu, pada dasarnya adalah crash program atau sebuah kepanitiaan ad hoc belaka.

Birokrasi yang menjadi tulang punggung penanggulangan bencana dituduh sebagai sumber kelambanan itu. Berdasarkan Keppres No 3/2001 dan Keppres No 111/2001, di tingkat nasional dibentuk Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi, di tingkat provinsi dibentuk Satuan Koordinasi Pelaksanaan (Satkorlak), dan di tingkat kabupaten dibentuk Satuan Pelaksana (Satlak). Di tingkat nasional badan ini diketuai oleh Wakil Presiden, di provinsi oleh gubernur, dan di kabupaten oleh bupati. Struktur Bakornas sampai Satlak diisi para pejabat pemerintahan. Penanggulangan bencana lebih condong terhadap struktur hierarki birokrasi, dengan semua karakteristik dan “penyakit” yang melekat pada dirinya.

Padahal, birokrasi di Indonesia, menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sjamsuddin Haris, kulturnya minta dilayani bukan melayani. Tidak bakal ada inisiatif dari birokrasi semacam itu. Mereka hanya menunggu laporan dari bawahannya, bukannya aktif menggali informasi dari masyarakat, pers, maupun organisasi non pemerintah. Ketika menghadapi situasi krisis, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menurut Haris kelambanan dalam merespons bencana diakibatkan terkait dengan cara berpikir sektoral, pertimbangan budget, dan payung hukum dalam setiap tindakan birokrasi. “Selalu saja akan ada pertanyaan dana akan diambil dari mana? Kesemuanya ini berakibat pada respons yangmenjadi lamban.

Lemahnya respons terhadap penanganan bencana terjadi karena manajemen penanggulangan bencana sepenuhnya diserahkan pada birokrasi, bukan orang-orang yang memang ahli dalam manajemen bencana. Organisasi Bakornas di pusat sampai Satlak di tingkat kabupaten lebih berorientasi pada jabatan, bukan pada pekerjaan. Jika penanggulangan bencana diserahkan pada hierarki birokrasi seperti yang terjadi selama ini, kelambanan dan kelemahan dalam manajemen penanggulangan bencana akan terus terjadi.





BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


  1. KESIMPULAN

Dari segi kuantitas, jumlah masalah sosial yang semakin banyak merupakan penghambat pembangunan nasional. Masalah sosial yang terlalu banyak dalam masyarakat akan membuat masalah mental dalam masyarakat itu sendiri , aparat pemerintah harus lebih memperhatikan tentang masalah sosial yang terjadi dimasyarakat agar masyarakat indonesia lebih mengeti tentang masalah sosial dan dapat menghindari masalah itu sehingga dapat membuat tingkat masalah menurun.


B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka berikut ini digunakan beberapa saran untuk berbagai pihak, sebagai berikut :

Pertama, sikap seseorang terhadap masalah social yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjadi lagi atau berkurangnya masalah social.

Kedua , dalam masalah sosial perlu ditingkatkan maka masyarakat dari semua lapisan tanpa terkecuali harus bias memahami tidak baiknya masalah soaial sehingga tidak di ikuti.

Ketiga,aparat pemerintah, aparat pemerintah lebih bekerja keras dalam memberikan penyuluhan, menangani masalah social dan merehabilitasi individu yang terkena masalah social.



































DAFTAR PUSTAKA





http://fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pengembangan_pendidikan_ips_sd_1.pdf


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/10/ekonomi/847162.htm


http://adjhee.wordpress.com/2007/12/12/kebijakan-sosial-dalam-menanggulangi-masalah-kemiskinan/


http://siar.endonesa.net/utty/2008/10/31/pelacuran-sebuah-fenomena-masalah-sosial/


http://bencana.net/kerusakan-lingkungan/dampak-pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan.html


http://www.penulislepas.com/v2/?p=417